MAKALAH IBNU AL NAFIS DAN ALZAHRAWI
- Get link
- X
- Other Apps
A.
Bigrafi
Ibnu Nafis
Nama
lengkap Ibnu Nafis adalah al-Din Abu al-Hasan Ali Ibn Abi al-Hazm
al-Qarshi al-Dimashqi. Dia biasa dipanggil dengan Ad-Dimasyqi,
karena ia dilahirkan di Syam dan awal masa mudanya ia habiskan di kota
Damaskus, sebagaimana dia juga dipanggil dengan Al Mishri, karena ia
telah mengabiskan sebagian besar usianya di kota Cairo dan memiliki ikatan yang
kuat dengan Mesir dan penduduknya. Selain itu, ia juga mempunyai nama
panggilan lain, yaitu The Second
Avicenna (Ibnu Sina Kedua), yang diberikan oleh para pengagumnya.
Ibnu
Nafis lahir pada tahun 1213 di Damaskus referensi lain menyebutkan ia
dilahirkan di Syria pada tahun 607 H (1210 M). Ia menghabiskan masa kecilnya di
kota tersebut hingga menjelang dewasa. Dia tinggal dan menetap di Mesir hingga
ajal menjemputnya.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Ibnu Nafis menempuh pendidikan kedokteran di Medical College Hospital. Gurunya adalah Muhalthab al-Din Abd al-Rahim. Selain itu, ia juga mempelajari hukum Islam. Di kemudian hari, selain sebagai dokter, Ibnu Nafis juga dikenal sebagai pakar hukum Islam bermazhab Syafi'i. Pada tahun 1236, setelah menyelesaikan pendidikannya di bidang kedokteran dan hukum Islam, Ibnu Nafis meninggalkan tanah kelahirannya menuju Kairo, Mesir. Di sana, ia belajar di Rumah Sakit al-Nassiri. Prestasinya yang gemilang membuat ia kemudian ditunjuk sebagai direktur rumah sakit tersebut.
Sebagai
seorang dokter, Ibnu Nafis tidak pernah merasa puas dengan ilmu kedokteran yang
dimilikinya. Ia terus memperkaya pengetahuannya melalui berbagai observasi. Hal
inilah yang membuat namanya terkenal. Ia adalah dokter pertama yang mampu
menerangkan secara tepat tentang paru-paru dan memberikan gambaran mengenai
saluran pernapasan, juga interaksi antara saluran udara dengan darah dalam
tubuh manusia. Ibnu Nafis dikenal sebagai seorang dokter muslim yang mempunyai
pendapat dan pemikiran yang masih murni, terbebas dari berbagai pengaruh Barat.
Dalam
studinya, Ibnu Nafis menggunakan beberapa metode, yaitu observasi, survei, dan
percobaan. Ia mempelajari ilmu kedokteran melalui pengamatan terhadap sejumlah
gejala dan unsur yang mempengaruhi tubuh. Menurut Ibnu Nafis, selain melakukan
pengobatan, memeriksa unsur-unsur penyebab munculnya penyakit juga perlu.
Selain itu, ia juga memaparkan mengenai fungsi pembuluh arteri dalam jantung
sebagai pemasok darah bagi otot jantung (Cardiac Musculature). Penemuannya
mengenai peredaran darah di paru-paru ini merupakan penemuan yang menarik.
Sehubungan dengan hal itu, Nafis dianggap telah memberikan pengaruh besar bagi
perkembangan ilmu kedokteran Eropa pada abad XVI. Lewat penemuannya tersebut,
para ilmuwan menganggapnya sebagai tokoh
pertama dalam ilmu sirkulasi darah.
B.
Karya- Karya
Ibnu Al- Nafis
Ibnu Al- Nafis telah menulis karya- karyanya dalam
berbagai disiplin ilmu. Di antaranya tentang sejarah ilmu hadist, ushul fikih,
nahwu, filsafat dan logika. Karya tulisnya dibidang kedokteran berjumlah 14
judul buku yaitu:[1][14]
1. Asy –Syaamil fith- Thibb adalah buku yang cukup
besar dan diyakini penulisan buki ini ingin mengumpulkan semua yang telah
diterimanya dalam bidang kedokteran pada masanya. Buku ini sekarangberada di
perpustakaan rumah sakit al- manshuri di Kairo.
2. Al- Muhadzdzab fil Kahl adalah buku yang
berisi tentang penyakit- penyakit mata dan saat ini berada di perpustakaan
Vatikan.
3 Al –Mukhtaar minal Aghziyyah. Buku ini berbicara
tentang gizi yang harus dipenuhi oleh orang- orang sakit kronis. Buku ini
sekarang berada di perpustakaan berlin.
4. Syarh Fushuul Adqirath termasuk buku yang
terkenal yang ia karang berisi tentang tulisan- tulisan terkenal adqirath dan
buku ini sekarang berada di sejumlah perpustakaan di Eropa.
5. Syarh Taqdiimul Ma’rifah berisi tentang
komentar terhadap beberapa ide Abqirath.
6. Ta’liiq Kitaabil Awbiah li Abqiraath ada di
Aya Shofia.
7. Syarh Tasyriih Galiinus penisbatan buku ibnu nafis pada Galiinus.
8. Syarh Masaa’il Hunain bin Ishaq naskah asli buku
ini berada di perpustakaan Belanda namun, keaslianya masih dipertanyakan.
9. Syarhul Qaanuun. Buku ini berada di New York.
10. Sarh Mufradaat al- Qaanuun ada di Aya Shafia.
11.Muujazul Qaanuun yang berisi tentang penjelasan
singkat karya ibnu Sina naskah aslinya berada di beberapa perpustakaaan di
Eropa.
12. Tafaasiirul ‘Ilal wa Asbaabil Amraadh.
13. Syarhul Hidaayah Fith- Thibb
14. Syarh Tasyriih al- Qanuun buku ini membahas
anatomi, rempah- rempah, dan penyakit. Terdapat teks asli asli di kota Berlin.
C.
Biografi
Al- Zahrawi
Nama lengkap Abu al-Qasim al-Zahrawi adalah Abu
al-Qasim Khalaf Ibnu Abbas al-Zahrawi. Namun, ia lebih dikenal dengan sebutan
Abucasis di Eropa. Al-Zahrawi lahir pada tahun 936 di Kordova, Spanyol. Ia
dikenal sebagai seorang dokter dan ahli bedah muslim Spanyol. Ia mengembangkan
ilmunya pada masa pemerintahan Abdur Rahman III (912 - 961).
Al-Zahrawi
mengawali karirnya sebagai dokter bedah dan pengajar di beberapa sekolah
kedokteran. Namanya mulai menjadi bahan perbincangan di dunia kedokteran
setelah bukunya yang berjudul at-Tasrif Liman 'Ajiza 'an at-Ta'lif (Metode
Pengobatan) diterbitkan. Seketika, buku tersebut menjadi sangat populer.
Dalam buku itu, al-Zahrawi menguraikan sejumlah hal baru dalam bidang
kedokteran. Buku tersebut merupakan catatan perjalanannya sebagai seorang
dokter selama lima puluh tahun. At-Tasrif Liman 'Ajiza 'an at-Ta'lif
juga dianggap sebagai ikhtisar ensiklopedi kedokteran. Pada abad pertengahan, At-Tasrif
Liman 'Ajiza 'an at-Ta'lif diterjemahkan dalam bahasa Latin. Selanjutnya,
sejumlah editor Eropa ikut menerjemahkan karya tersebut dalam bahasa mereka.
Buku dengan sejumlah diagram dan ilustrasi berbagai alat bedah yang pernah
digunakan Zahrawi ini kemudian menjadi buku wajib mahasiswa kedokteran.
Selain
menulis buku, al-Zahrawi juga menciptakan sejumlah alat bantu operasi. Ada tiga
kelompok alat yang diciptakannya, yaitu instrumen untuk mengoperasi bagian
dalam telinga, instrumen untuk memeriksa internal saluran kencing, dan
instrumen untuk membuang sel asing dalam kerongkongan.
Al-Zahrawi
juga terkenal sebagai pakar operasi yang piawai mengaplikasikan beragam tekhnik
untuk lima puluh jenis operasi yang berbeda. Ia adalah dokter pertama yang
menguraikan operasi klasik pada kanker payudara, tekhnik menghilangkan batu
ginjal, dan tekhnik membuang kista pada kelenjar tiroid, secara detail. Ia
membahas tentang luka dan cara pembedahannya, pengobatan tulang yang remuk,
penyakit gigi dan cara pengobatannya, dengan lengkap. Selain itu, ia juga
termasuk salah satu tokoh penggagas operasi plastik, atau setidaknya
mencanangkan prosedur bedah plastik untuk pertama kali.
Sebagai dokter, al-Zahrawi juga menguasai masalah
pengobatan gigi. Dalam sebuah bukunya, ia membahas beberapa alat penting dalam
perawatan gigi. Misalnya, sebuah alat yang sangat vital dalam operasi gigi yang
disebut thereof. Masih dalam buku yang sama, ia juga mendiskusikan
beberapa kelainan pada gigi dan bagaimana cara mengoreksinya. Ia juga
menciptakan sebuah tekhnik pembuatan gigi palsu dan cara memasangnya.
Di kalangan kedokteran muslim, al-Zahrawi dikenal
sebagai tokoh perintis ilmu pengenalan penyakit (diagnostic) dan cara
penyembuhan (therapeutic) penyakit telinga. Ia juga merintis pembedahan
telinga untuk mengembalikan fungsi pendengaran. Caranya, dengan memperhatikan
anatomi saraf-saraf halus (arteries), pembuluh darah (veins), dan
otot (tendons), secara seksama. Selain itu, al-Zahrawi dikenal pula
sebagai tokoh pelopor pengembangan ilmu penyakit kulit (dermatology).
Sehubungan dengan profesinya sebagai dokter, ia juga mengarang sebuah buku
tentang ilmu kedokteran dan sejumlah peralatannya. Buku tersebut berbentuk
sebuah ensiklopedi medis yang menerangkan dan mendeskripsikan dua ratus
peralatan pembedahan yang dilengkapi dengan diagram informasi yang akurat.
Pemikiran
al-Zahrawi di bidang kedokteran sangat mempengaruhi sistem pengobatan di Barat.
Hingga abad XV, sejumlah silabus pelajaran medis di berbagai universitas di
Eropa masih memasukkan salah satu karya al-Zahrawi ke dalamnya, yaitu Kitab
al-Mansur.
Al-Zahrawi
wafat pada tahun 1013.
D.
Karya - Karya Al-zahrawi
1. Kitab "At-Tashrif liman `Ajiza an At-Ta'lif"
merupakan ensiklopedia kedokteran yang lengkap dan ditulis oleh Az-Zahrawi
meliputi semua cabang kedokteran, sehingga orang yang telah membaca buku ini
tidak perlu untuk membaca buku yang lain. Buku ini terdiri dari 30 artikel, dan
setiap artikel meliputi beberapa pasal pembahasan. Berikut sebagian judul
artikel yang ada dalam buku tersebut:
- Artikel
(1): Berisi tentang masalah-masalah kedokteran secara umum, seperti; hasil
penelitian, contoh-contoh, pengetahuan tentang anatomi dan komposisi
obat-obatan.
- Artikel
(2): Berisi tentang macam-macam penyakit, gangguan dan cara pengobatannya.
- Artikel
(19): Berisi tentang kedokteran dan kecantikan (kosmetik).
- Artikel
(23): Berisi tentang pakaian khusus yang harus dipakai oleh orang yang
menderita sakit di sekujur badan.
- Artikel
(26): Berisi tentang makanan yang menyehatkan bagi orang yang sakit, dan
Az-Zahrawi telah menyusunnya sesuai dengan berbagai jenis penyakit itu
sendiri.
- Artikel
(27): Juga berisi tentang makanan pada sebagian aspeknya saja.
- Artikel
(29): Berisi tentang nama-nama obat dengan berbagai bahasa, fungsi dan
manfaatnya dan ukuran atau timbangannya.
- Artikel
(30): Berisi tentang operasi (bedah), cara membalut tulang, dan apa yang
dilakukan pada tangan, seperti; pemanasan, pembelahan, pengikatannya dan
cara melepaskannya.
Sedangkan sisa artikel lainnya, demikian
juga dengan kebanyakan dari isi artikel (27) berisi tentang obat-obatan, baik
yang diminum sendirian maupun setelah dicampur, serta cara penggunaan dan
pencampurannya. Adapun artikel ke-30 merupakan tulisan pertama yang meliputi
semua ilmu bedah. Dalam buku ini, Az-Zahrawi juga menambah gambar-gambar yang
menjelaskan berbagai macam peralatan bedah. Pada artikel ini juga dibicarakan
beberapa bab secara khusus tentang anatomi, penyakit wanita dan kelahiran, cara
mengajarkan kepada dukun beranak (bidan), bagaimana mengeluarkan janin yang
mati di dalam rahim, operasi kedua mata, operasi kedua telinga, operasi kantong
suara, operasi gigi, dan cara mengobati patah tulang atau tulang terlepas.
Ia juga mengupas
tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang
kosmetika. Sederet produk kosmetika, seperti deodorant, hand lotion, dan
pewarna rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil karya
al-Zahrawi. Bukunya memang secara lengkap menjelaskan tentang pengobatan
medis, nutrisi, kosmetik, terapi obat, teknik pembedahan, anesthesia (obat
bius), pra dan pascapemeliharaan operasi. Lagi, dengan deskripsi lengkapnya
mengenai 200 peralatan pembedahan yang ia temukan seperti speculum, pisau
bedah, semprotan, pipa kateter, dan penekan lidah. Atas dasar itulah, menurut
Ajram, yang paling patut memperoleh julukan sebagai “Bapak dan Pendiri
Pembedahan Rasional” adalah al-Zahrawi.
Setelah dialihbahasakan ke dalam bahasa
Latin, kitab yang memperkenalkan kosmetika itu sempat menjadi buku utama yang
digunakan kebanyakan universitas di Eropa pada abad ke-12 M hingga 17 M.
Kemungkinan besar dari kitab itulah Barat mengembangkan produk kosmetika. Tak
heran, jika kini negara-negara Barat menjadi produsen kosmetika terbesar di
dunia.
Dalam Al-Tasreef, Al-Zahrawi juga menyebutkan pentingnya minyak gosok dan mengupas bahan-bahan dasar untuk membuat minyak itu secara detail. Al-Zahrawi juga mengajarkan cara-cara memperkuat gusi dan memutihkan gigi. Ia juga memperkenalkan beragam parfum dengan aroma yang bervariasi.
Al-Zahrawi menggunakan zat minyak yang disebut Adhan untuk pengobatan dan kecantikan. Sebagai seorang ilmuwan Muslim, Al-Zahrawi menjelaskan cara perawatan dan kecantikan rambut, kulit, gigi, dan seluruh bagian tubuh dalam batas-batas ajaran Islam.
Dalam Al-Tasreef, Al-Zahrawi juga menyebutkan pentingnya minyak gosok dan mengupas bahan-bahan dasar untuk membuat minyak itu secara detail. Al-Zahrawi juga mengajarkan cara-cara memperkuat gusi dan memutihkan gigi. Ia juga memperkenalkan beragam parfum dengan aroma yang bervariasi.
Al-Zahrawi menggunakan zat minyak yang disebut Adhan untuk pengobatan dan kecantikan. Sebagai seorang ilmuwan Muslim, Al-Zahrawi menjelaskan cara perawatan dan kecantikan rambut, kulit, gigi, dan seluruh bagian tubuh dalam batas-batas ajaran Islam.
Pada abad ke-12 M,
peradaban Islam di Spanyol juga sudah mengenal dan menggunakan produk kosmetika
lainnya seperti krim tangan (hand cream, pencuci mulut (mouth washes), serta
nasal spray. Selain itu, peradaban Islam di era keemasan juga telah menemukan
semacam deterjen yang bernama lenor. Bahan yang mengandung wewangian itu
digunakan untuk mencuci pakaian agar bersih dan harum.
Saat Cordoba mencapai
kemajuan yang begitu pesat, umat Islam memiliki tradisi untuk membawakan bunga
bagi orang yang sakit. Tren itu dimulai ketika Cordoba memiliki 600 masjid, 300
pemandian umum, 50 rumah sakit dan 70 perpustakaan publik, hingga kini masih
tetap berkembang di era modern ini.
Stanley Lane Poole pada
1887 dalam buku 'The Moors in Spain’ mengakui kehebatan yang dicapai umat Islam
di Spanyol. Dengan nada menyindir, Lane Poole menyatakan kemilau yang diperoleh
Kristen Spanyol setelah Islam diusir bagaikan bulan yang cahayanya hasil
meminjam dari umat Islam.
Buku ini mendapat
perhatian sangat besar di Eropa, sehingga banyak orang-orang Eropa yang
mempelajarinya dan menerjemahkannya. Di antaranya seperti yang diterjemahkan
oleh seorang penerjemah Itali, Gerardo de Cremona di Thulaithulah (Toledo) pada
akhir abad ketiga belas Masehi. Buku ini diterjemah ke dalam bahasa Latin
dengan judul "Chirugia" (Ilmu Bedah). Sebagian yang lain ada yang
menerjemahkan bab demi bab ke dalam bahasa Latin sejak tahun 1423 Masehi.
Diantara penerjemah itu adalah Petro Arjilona. Mengingat pengaruh buku
"At-Tashrif” ini sangat besar di Eropa bagi para ahli bedah secara umum
dan bagi para ahli bedah Itali dan Prancis secara khusus, maka mereka
menempatkan Az-Zahrawi sejajar dengan Gelenus. Bahkan kita menjumpai seorang
ahli bedah Prancis, Guy De Chauliac, pada abad keempat belas Masehi memberikan
pengakuan lebih dari seratus kali terhadap buku "At-Tashrif” dalam bukunya
"Al-Jarahah Al-Kabirah." Terjemahan buku "At- Tashrif
" ke dalam bahasa Latin telah dicetak perjilid secara terpisah dan
diterbitkan pada tahun 1471 hingga tahun 1566, tanpa dicetak secara sempurna
dalam satu waktu.
Penyuntingan pertama
yang dilakukan pada buku “At-Tashrif” di Barat diterbitkan di Oxford Inggris
pada tahun 1778 M. Adapun penyuntingnya adalah John Chaning. Buku yang telah
diterjemah ke dalam bahasa Latin ini tidak detil dan kurang teliti karena
penyunting sendiri tidak berpengalaman di bidang kedokteran, dan hanya
bersandar pada satu buku saja, yaitu buku "At-Tashrif," sehingga
sangat menyulitkan kerja penyunting.
Pada tahun 1861, buku
"At-Tashrif" diterbitkan dalam bahasa Prancis oleh Loison Luckier.
Namun semua penerjemahan itu tidak membuat perhatian kepada buku
"At-Tashrif" terputus begitu saja. Karena belakangan juga telah
diterbitkan terjemah buku `At-Tashrif' dengan judul "Al-Jarahah" yang
disusun oleh seorang orientals G.L. Lewis, bekerjasama dengan dokter M.S.
Spink. Buku ini juga terdiri dari teks Arab dan terjemahannya dengan bahasa
Inggris. Dalam menyunting buku ini, kedua ilmuwan ini merujuk kepada tujuh
manuskrip, dua di antaranya tersimpan di Perpustakaan Bodlian Oxford
University, empat manuskrip lainnya tersimpan di beberapa perpustakan Turki,
dan manuskrip ketujuh tersimpan di kota Patna di wilayah Pyar India. Buku ini
terbit sebanyak 850 halaman ukuran besar dan terdiri dari pengantar Az-Zahrawi
dan bukunya "At-Tashrif."
Barangkali yang
memotivasi kedua ilmuwan dan ahli bedah ini untuk mengembangkan ilmu kedokteran
adalah perkataan Az-Zahrawi yang disampaikan dalam artikel ke-30, yang mana dia
mengatakan kepada murid-muridnya,
"Wahai murid-muridku, ketika saya menulis buku ini yang merupakan bagian dari ilmu kedokteran secara sempurna dan saya menjelaskannya sejelas jelasnya, saya melihat penting bagi saya untuk menulisnya dengan tangan saya. Karena tulisan tangan lebih dihargai di negeri kita dan di masa kita, sehingga ilmunya dapat dipelajari walaupun pengaruhnya telah terputus, dan tersisa goresan-goresan ringan sebagaimana dalam buku-buku orang terdahulu. Buku-buku itu ditulis tangan, sehingga sedikit kemungkinan salahnya dan dapat dipelajari dengan baik. Dari saya belajar maknanya dan mengambil manfaatnya. Karena itu, saya menulis artikel-artikel ini dengan cara memberikan penjelasan sekalipun singkat. Saya menjelaskan tentang bentuk baru pemanasan dan berbagai peralatan lainnya yang difungsikan dengan tangan, karena itu akan memperjelas dan sesuai dengan apa yang diperlukan.
"Wahai murid-muridku, ketika saya menulis buku ini yang merupakan bagian dari ilmu kedokteran secara sempurna dan saya menjelaskannya sejelas jelasnya, saya melihat penting bagi saya untuk menulisnya dengan tangan saya. Karena tulisan tangan lebih dihargai di negeri kita dan di masa kita, sehingga ilmunya dapat dipelajari walaupun pengaruhnya telah terputus, dan tersisa goresan-goresan ringan sebagaimana dalam buku-buku orang terdahulu. Buku-buku itu ditulis tangan, sehingga sedikit kemungkinan salahnya dan dapat dipelajari dengan baik. Dari saya belajar maknanya dan mengambil manfaatnya. Karena itu, saya menulis artikel-artikel ini dengan cara memberikan penjelasan sekalipun singkat. Saya menjelaskan tentang bentuk baru pemanasan dan berbagai peralatan lainnya yang difungsikan dengan tangan, karena itu akan memperjelas dan sesuai dengan apa yang diperlukan.
Di samping itu, karena
pada masa kita tidak ada industri canggih, dan pembuatan alat kedokteran
memerlukan waktu yang lama. Kemudian untuk mengetahui manfaat anggota badan,
pergerakanya, tingkatannya, terputus dan terpisahnya, kita hendaknya
mempelajari ilmu anatomi yang ditemukan oleh Gelenus. Demikian juga untuk
mengetahui tulang, syaraf, urat dan jum-lahnya. Yang Mulia Abu Qarrath mengatakan,
"Sesungguhnya orang yang menyandang gelar dokter itu banyak, akan tetapi
dokter sebenarnya sedikit, apalagi dokter yang juga aktif menulis."
Kami perlu menyebutkan
hal ini dalam pengantar buku ini, karena apabila seorang dokter tidak menguasai
ilmu anatomi, maka ia akan melakukan kesalahan. Sebagaimana saya menyaksikan
banyak orang mengaku berilmu padahal sebenarnya tidak berilmu. Karena itu,
ketahuilah bahwa tulisan tangan itu ada dua macam; yang dijamin benar dan tidak
salah pada kebanyakannya."
2. Kitab Al-Maqalah fi Amal Al-Yad Ala Fanni Al-Jarahah.
2. Kitab Al-Maqalah fi Amal Al-Yad Ala Fanni Al-Jarahah.
3. Kitab A'mar Al-Aqaqir yang di dalamnya terdapat pembahasan khusus
bagi setiap jenis obat termasuk sebab penamaannya, cara pembuatannya dan
manfaatnya. Di dalamnya juga disebutkan nama-nama tumbuhan herbal dalam bahasa
Suryani, Yunani, Persia dan Barbar.
- Get link
- X
- Other Apps
Popular posts from this blog
MAKALAH KERAJAAN ISLAM DI MALUKU UTARA
KERAJAAN – KERAJAAN ISLAM DI MALUKU UTARA DAN PROSES MASUKNYA ISLAM PADA KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI PAPUA A. Kerajaan – Kerajaan Islam Di Maluku Utara Kepulauan Maluku menduduki posisi penting dalam perdagangan di Nusantara. Mengingat keberadaan daerah Maluku ini maka tidak mengherankan jika sejak abad ke-15 hingga abad ke-19 kawasan ini menjadi wilayah perebutan antara bangsa Spanyol, Portugis dan Belanda. Kepulauan Maluku sangat penting peranannya karena Maluku adalah penghasil rempah-rempah terbesar pada waktu itu sehingga bayak negara yang berdatangan ke Maluku. Sejak awal diketahui bahwa didaerah ini terdapat dua kerajaan besar bercorak Islam, yakni Ternate dan Tidore. Kedua kerajaan ini terletak di sebelah barat Pulau Halmahera di Maluku Utara. Kedua kerajaan itu pusatnya masing-masing di Pulau Ternate dan Tidore. Tanda-tanda awal kehadiran Islam ke daerah Maluku dapat diketahui dari sumber-sumber berupa naskah-naskah kuno dalam bentuk hikayat seperti ...
MAKALAH KERAJAAN ISLAM DI RIAU DAN JAMBI
BAB I PENDAHULUAN ISLAMISASI DAN SILANG BUDAYA DI NUSANTARA Kedatangan Islam di Nusantara Kedatangan Islam di Nusantara menimulkan banyak perdebatan mengenai bagaimana secara pasti ajaran Islam masuk ke Nusantara. Terdapat tiga teori yang bisa menjadi acuan mengenai kedatangan Islam di Nusantara. 1. Teori Gujarat Sarjana-sarjana Barat mengatakan bahwa Islam masuk berasal dari Gujarat, dan disebarkan oleh pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia Timur sekitar abad ke-13 M. Pendapat ini juga didukung oleh Moquetta yang berkesimpulan bahwa batu nisan Sultan Malik mirip dengan batu nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat 2. Teori Persia Adalah pendapat dari Hoesein Djajadiningrat yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia berasal dari Persia. Hal ini didasari atas kesamaan tradisi antara masyarakat Persia dengan Indonesia, diantaranya Tradisi Tabot dan tradisi merayakan 10 Muharam. 3. ...
Comments
Post a Comment